Liburan semester ini, membuat saya semakin giat mencari film-film, yang menurut saya bagus. Dari dulu, tepatnya SMA, saya senang sekali dengan film yang bergenre Magic dan Action. Film animasi hanya sekitar 20% mampu memikat perhatian saya. Namun, tidak semua film-film Magic yang masuk ke referensi saya juga, seperti Harry Poter, film yang laris di pasaran dunia, bukanlah salah satu film magic referensi saya. Ceritanya yang aneh, dan agak berputar-putar tidak jelas, malah dibikin serial pula. Makin tak jelas.
Banyak sumber-sumber film yang saya punyai, ada teman saya Ferry, lalu sahabat saya si Kotep, teman-teman kampus, dan sumber yang paling sering saya ambil tentunya di Warnet.
Suatu ketika, saya cukup bosen dengan kegiatan ngeles I anak-anak. Ehmmmmmm……. Anak-anak yang saya les I, nilainya memang naik, tapi tetap saja kalau di ajak bicara kadang tidak nyambung, huuuu, saya yang salah berkomunikasi mungkin. Ya…. Karena itu saya mulai search banyak film, saya tidak peduli lagi film apa? Judulnya apa? Pemainnya siapa? Yang penting saya dapat film-film dulu, nanti baru disortir.
Si Kotep berkata :” Yo, aku duwe film kie, pokemon okeh serial e…..”
Saya :”Lha sing magic po action ra ana to tep…???”
Si Kotep :”Ana kie siji, tapi elek kok critane…”
Saya :”Yo ben lah, ra apa-apa tak tontonne disik….”
Bermodalkan Flashdisk 4 Gg saya, maka terkopilah film-film serial pokemon dan satu film magic, yang kata si Kotep jelek ceritanya itu. Sorenya, sekitar jam 6, setelah selesai semua aktivitas ngeles anak-anak. Maka, saya berniat menonton film-film yang sudah saya dapatkan dari si Kotep. Ehmm.. nonton film sendiri (karena hari itu si Kotep pulang, kangen sang mama katanya), di kamar kost yang kecil, pastilah membutuhkan cemilan yang makin membuat semarak suasana.
Karena cemilan ringan menurut saya hanya sebatas iklan saja di perut, ya… akhirnya saya beli nasi padang n coffe good day. Lumayan lah tak terlalu mahal untuk budget anak kost.
Film magic yang dibilang jelek oleh si Kotep ternyata berjudul “Bridge Of Terabithia”. Dari judulnya saya membayangkan bakal muncul cerita kerajaan-kerajaan tempo dulu yang sedang berperang atau melawan penyihir atau apalah……. Tapi, ceritanya tentang pesahabatan. Baru melihat sebentar tentunya sambil makan nasi padang, saya kecewa juga dengan film itu. Pantes ae si Kotep ngomong film nya jelek. Lha wong ceritane kya ngene.
Film itu terus berputar hingga scene ke 2, di sini mulai lah saya sedikit demi sedikit memahami dan mengerti maksud dari si pembuat film itu. Dia ingin bercerita :
Ada 2 orang anak, laki-laki n perempuan, yang kalau bersekolah di Indonesia setingkat SMP (remaja awal), mereka merupakan 2 anak yang tidak disukai di kalangan teman-temannya. Kaya kalau di Indonesia sering bikin gang-gang yang menganggap dirinya paling keren. Istilah di luar negeri itu anak-anak pecundang “The Loser Man”. Mereka sering di ejek dan dipermalukan. Yang perempuan bernama Lislie dan yang laki-laki bernama Jess.
Leslie pindah dari suatu sekolah lain ke sekolah Jess. Kedua anak ini memang memiliki kebiasaan yang aneh. Leslie suka mengimajinasikan semua tulisan yang ia buat seolah-olah menjadi cerita sungguhan. Jess suka menggambar dan mampu mengimajinasikannya menjadi gambar yang hidup. Mereka berdua sadar pada posisi mereka saat berkumpul dengan teman-teman yang lain. Oleh karena itu, mereka menjadi sahabat yang ingin menikmati dunia tanpa gangguan dari teman-teman yang lain (teman-teman yang suka mengganggu, teman-teman yang suka mengejek, teman-teman nakal).
Suatu ketika, Leslie mengajak Jess untuk berani menyusuri hutan yang berada di seberang sungai. Ada sebuah tali terpasang di sana, tali itu mampu membawa mereka ke hutan seberang sungai. Di hutan itu, mereka menemukan sebuah rumah pohon yang agak rusak tanpa penghuni. Di sinilah, mereka mulai mengimajinasikan semua keinginan mereka. Jess diajak untuk naik kepuncak pohon dan melihat keindahan air terjun serta gunung-gunung, dan sungai yang mengalir dari atas seperti yang dilihat Leslie. Pada kenyataannya, itu bukanlah gunung, air terjun, dan sungai. Tetapi ladang persawahan yang membentang serta rumah-rumah penduduk, semua hanya imajinasi Leslie. Leslie mencoba meyakinkan Jess, agar mau menutup mata, mengimajinasikannya, dan membuka pikiran. Akhirnya, Jess juga mampu melihat apa yang dilihat oleh Leslie. Keduanya, telah memiliki satu imajinasi yang sama. Sejak saat itu, mereka menamai nya dengan “Terabithia” sebuah kerajaan imajinasi yang mereka buat.
Di Terabithia, mereka harus menjaga kerajaan dari berbagai musuh yang menyerang. Musuh-musuh itu, mereka imajinasikan dari hewan-hewan yang ada di hutan. Di kerajaan imajinasi itu, mereka berlari, berguling, tertawa, ketakutan, menyerang dan diserang, seolah-olah nyata. Hal itu, mampu membawa mereka dalam suasana yang lain. Mereka seolah memiliki dunia sendiri yang tak terganggu oleh siapa pun.
Kini mereka merasa menemukan kesenangan, sehingga mampu berpikiran positif pada teman-teman yang selama ini mengganggu mereka. Mereka merasa tak peduli lagi, akan kah teman mereka mengganggu atau mengejek mereka, atau apapun yang akan dilakukan.
Namun, cerita ini berakhir dengan kematian Leslie karena terjatuh dari tali yang menghubungkan hutan itu, saat menyeberang sungai. Jess yang sedih membangun jembatan dari papan-papan kayu untuk berjalan menyebrang sungai hingga sampai ke hutan Terabithia. Jess tidak mau kehilangan imajinasinya bersama Leslie, ia kemudian mengajak adik perempuan nya untuk ke hutan dan bersama-sama mengimajinasikan Kerajaan Terabithia. Karena Terabithia ada jika terdapat raja dan ratunya. Artinya Terbithia ada jika terdapat 2 orang yang mampu menyatukan imajinasi.
Dari cerita ini, tentunya saya mendapat banyak pelajaran dan mengerti apa yang dikehendaki dari sang penulis cerita. Akan indah rasanya, bila kita memiliki sahabat atau teman yang dapat diajak untuk bersama-sama menyatukan imajinasi. Banyak esensi dasar di sini. Menyatukan imajinasi, tidak akan semudah menyatukan ide. Imajinasi, akan berjalan dan memiliki cerita serta alur ke depan, jika salah satu sudah memiliki alur atau cerita yang berbeda dengan yang lain, maka hancurlah dunia imajinasi itu. Menyatukan imajinasi juga akan rusak bila berdasar dengan peasaan masing-masing. Jika yang satu sedang gembira sedang yang lain sedang sedih, maka dunia imajinasi akan kacau karena tidak ada kesamaan. Kesamaan tokoh dan watak juga sangat menetukan keberhasilan dalam menyamakan imajinasi.
Inti dari teori-teori yang tidak jelas tadi adalah kita tidak akan bisa menyamakan imajinasi dengan sahabat atau teman kita jika tidak memiliki sifat SEHATI dan SEPIKIR. Persahabatan tanpa Sehati dan Sepikir hanya akan indah saat senang saja.
Siapakah sahabat kita yang bisa di ajak SEHATI dan SEPIKIR ?????????????????????