Saatnya membagi sesuatu yang mampu mengingatkan kita semua, 18 September 2011. Kini Tuhan mengajak saya untuk kembali tipe Kasih yang seperti apa yang saya miliki. Mungkin ini juga akan menjadi bahan pembahasan untuk masing-masing yang membaca. Hari minggu ini saya tidak bisa pulang ke rumah, karena jadwal yang membuat saya tertinggal di Solo dengan segala macam aktivitas. Rasanya penat setelah selama 1 minggu mengurus hal-hal yang menantang. Tuhan kembali mengajar tentang Kasih di Ulang tahun saya ke 21 (16 september yang lalu).
Saya ingin pergi ke gereja dengan damai dan tidak memikirkan macam-macam, bahkan jujur memikirkan beberapa teman dan orang-orang terdekat yang kadang tidak memahami saya (atau memang saya yang egois) entahlah saya tidak peduli itu ingin saya hilangkan dengan menenagkan hati. Tapi di sisi lain canggung juga ke gereja sendiri dan tidak terlalu mengenal. Akhirnya saya mengajak adik kost saya yang bernama Samto (ya dia masih kenal saya barusan aja, so saya harap dia g coment2 aneh yang makin buat saya merasa down). Untungnya si Samto mau juga saya ajak, mungkin dia g enak nolak alias terpaksa ato emang mau g tau juga ha3…… pemaksaan (kasian juga tu anak ktemu kakak kost kaya saya…..). Sudahlah dengan berbekal niat dan ada satu teman yang ikut berjalan tegap ke Gereja di Solo yang biasanya saya ke Gereja Klaten.
Tema Hari itu adalah “KISAH KASIH #5”, maksudnya????? Pertanyaan klasik ketika seseorang belum mengerti apa yang sebnarnya terjadi. ok lah penyembahan dan pujian sudah membuat saya merinding karena memang terasa jamahan dari Tuhan. Saya merasa jadi anak PAPI Jesus yang paling nakal dan sekarang sedang datang merengek-rengek di depam PAPI JESUS. Kalau saya berkata “Wah ternyata kotbah hari ini cocok dengan pergumulan saya.” itu salah karena memang Tuhan memberikan firmanNYA akan selalu cocok dengan pergumulan kita masing-masing, begitulah PAPI JC mengasihi anak2NYA bahkan yang paling nakal seperti saya.
Firman minggu ini dibuka dengan kisah Abraham dari Kejadian 22 : 1-14 (Kepercayaan Abraham Diuji). Dari kisah itu mendapatkan 2 tipe kasih yang diteladankan pada kita :
1. KASIH YANG MEMBERI. Abraham tidak menawar apapun ketika Tuhan meminta anaknya(Ishak) untuk dikorbankan g suka protes2 kaya saya kadang yang tidak cocok dalam hati. Kedekatan Abraham dan ketaatan nya tidak diragukan lagi tapi sama sekali Abraham tidak menawar saat hal yang paling dikasihi diminta kembali kepada Tuhan. Ps Jonathan yang waktu itu berkotbah berkata :”Akan lebih mudah Abraham menyerahkan semua harta benda nya hingga tak tersisa daripada menyerahkan anak tunggalnya. Tapi Abraham memberikan yang terbaik yang diminta Tuhan.” Satu hal lagi pernyataan Ps Jonathan yang membuat saya Cuma bisa melongoh dan percaya bahwa saya benar-benar anak PAPI JC yang nakal yaitu :”Jika kamu memberikan sesuatu (apapun itu senyum, kasih, waktu, kerja, pikiran, hormat, dll) dengan asal-asalan dan tanpa kasih yang memberi yang terbaik, itu sama halnya kamu menyampaikan pesan bahwa orang yang kamu beri tidak pantas menerimanya darimu.!!!” Maksd lo??? misal ketika saya mengerjakan pekerjaan rumah yang diperintah orang tua dengan marah-marah, tidak niat, males-malesan, dan asal-asalan maka sebenarnya saya menyampaikan pesan bahwa Orang Tua saya tidak pantas menerima bantuan apapun dari saya. ehmmmm kalo duit aja mau tapi kalo suruh bantu kerja marah-marah. Simple tapi MEMBERI YANG TERBAIK itu KASIH SEJATI.
2. KASIH YANG TIDAK MENUNDA. Tipe kasih ini dibuka dengan kisah seorang ayah yang sibuk dengan pekerjaan dan sedang terpusat pada pekerjaannya saat itu, tapi tiba-tiba anaknya yang berusia 4 tahun datang ke tempat kerjanya dan berkata “ Ayah bacakan cerita buku ini buat aku, aku mau dengar.” Ayahnya berkata :”Maaf nak ayah sedang sibuk kamu bisa kembali tidur atau bermain dulu lain kali saja.” namun anak ini merengek-rengek terus meminta ayahnya menceritakan buku itu “Ayah bacakan cerita ini sekali saja untuk aku, sekali saja” tapi karena pekerjaan memang menumpuk ayah itu tidak membacakan cerita itu pada anaknya. Keesokan hari nya semua berjalan biasa saja dan sang ayah rapat, bekerja dengan kesibukannya hingga dia mendapat sebuah telepon dari rumah sakit yang mengabarkan bahwa anaknya tertabrak mobil saat pulang sekolah. Tiba di rumah sakit ayah itu hanya bisa melihat anaknya sudah ditutup kain putih serta sang perawat yang berkata :”Pak, ketika anak anda kritis dia mengigau meminta dibacakan cerita.” Ayah itu hanya mampu menangis tanpa mengatakan apapun, dia hanya terduduk tak bergerak di depan jenasah anaknya. Tangisnya tak mampu menggantikan keinginan anaknya untuk dibacakan cerita, ia bahkan tidak mampu membacakan nya sekali saja. Ayah itu TERLAMBAT melakukan kasih pada anaknya. Di pemakaman ia berulang ulang membacakan buku cerita anaknya, tapi semua sudah berakhir anaknya sudah tidak memintanya membacakan lagi.
0 komentar:
Posting Komentar