Rabu, 02 Februari 2011

Luluskan saya dari Universitas

Apa yang dirasakan ketika kita berada dalam lingkup keluarga??? Apa yang akan dirasakan ketika kita berada jauh dari keluarga???
Banyak kata yang akan menghiasi benak setiap orang saat menjawab pertanyaan tersebut. Tapi satu hal yang didapatkan, jika kita memiliki suatu relasi layaknya keluarga di mana kita berada. Dukungan, kata-kata motivasi, ketenangan, dan support akan selalu ada di dalamnya.


Massage body
2011/01/31 at 07.45 AM
From : Chandra PMK
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang ketulusan
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar tentang keikhlasan
Ketika hatimu sedang terluka, maka saat itu kamu sedang belajar tentang pengampunan
Ketika kamu harus lelah, maka saat itu kamu sedang belajar tentang kesungguhan
Ketika kamu merasa kesepian, maka saat itu kamu sedang belajar tentang ketangguhan
Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kamu tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang murah hati
Semangat, Sabar, Tersenyum, Besyukur, Terus Belajar
Karena kamu sedang menimba ilmu di “Universitas Kehidupan” , yang penuh dengan godaan & kejahatan


Memang akan terasa lain bila menerima sms dari sahabat, teman, keluarga, atau orang special. Melalui sms ini, saya bukan lagi menerima sms dari teman saya Chandra, tapi saya terima sms ini dari PAPI BESAR saya yang di Surga. DIA sendiri yang pakai teman saya, untuk ingatkan saya agar mampu menimba ilmu di Universitas Kehidupan.

Bahkan, sms ini saya terima tepat sekali ketika saya sedang mempergumulkan masalah dosen pembimbing skripsi saya. Dosen-dosen saya sekarang, masih mengurus beberapa mahasiswa angkatan atas, yang belum selesai skripsi, sedangkan ternyata angkatan saya (2008) sudah mulai dianjurkan untuk memilih dosen pembimbing skripsi. Ya…. Terang saja banyak yang tidak cukup. Masalah lain adalah kebingungan memilih dosen siapa yang akan saya pilih untuk membimbing saya menuntaskan masa study S1 ini??????
Dosen yang selama ini menjadi incaran saya untuk menjadi pembimbing, justru belum boleh menjadi pembimbing 1 karena gelar atau jabatanya yang tergolong anyaran (baru). Saya memang tidak mengincar dosen pembimbing yang senior atau bergelar atau berjabatan tinggi, karena mereka semua tidak nyambung kalau di ajak bicara. Di ajak bicara apa???? Jawabannya apa…….. ehmmmmm

Saya merasa, memilih dosen pembimbing itu harus bermodalkan kenyambungan pembicaraan. Kalau berbicara saja sudah tidak nyambung, mana mungkin bisa menyatukan konsep tentang skripsi?????? Meskipun pinternya selangit atau gelarnya sampai kaya ekor kebo……. Panjang……….

Hiruk pikuk, dalam bursa pemilihan dosen yang terjadi seminggu ini, membuat saya benar-benar bingung dan khawatir. Kalau-kalau dosen yang saya incar, justru menolak saya sebagai bimbingannya. Ditambah lagi, budaya “Sowan Ke Rumah” atau datang ke rumah dosen untuk meminta secara pribadi agar dapat masuk dalam daftar bimbingan, sangat digemari teman-teman saya. Ya… itulah korupsi kecil-kecilan ala masyarakat Jawa.
Kalau saya ma ogah, dateng-dateng ke rumah dosen, membawa bingkisan atau sejumlah sesajen dan meminta agar keinginannya dipenuhi. Emang kaya mau nglamar jadi pembokat apa????????
Ehhhhmmmm….. makin g jelas
Yang terpenting dalam hidup saya, ternyata saya lupakan. Pembimbing Skripsi saya, sudah membimbing saya dari dalam kandungan ibu hingga saya sebesar ini. DIA yang selalu mengasihi saya, DIA yang selalu ada kapanpun dimanapun, DIA yang selalu nyambung saat saya berkeluh kesah, DIA yang menebus dosa saya dan semua orang. Pembimbing Skripsi di atas segala pembimbing. DIA yang bergelar alpha hingga omega, DIA yang paling senior di bumi ini, DIA professor agung, dan DIA lah yang membantu saya agar dapat lulus dari UNIVERSITAS KEHIDUPAN.
Tak perlu saya bingung atau khawatir, karena saya sudah memiliki pembimbing skripsi pribadi.

0 komentar:

Posting Komentar