Jumat, 24 Desember 2010

Menghilangnya si hitam

Pagi itu, tanggal 24 Desember 2010, pukul 07.00 pagi. Saya terbangun dengan dering sms dari hp, two massages unread. 2 buah pesan dari 2 sahabatku. Si Sundari menulis “Gor, nanti kalau ambil mantel jangan lewat jam 9 ya, saya mau pergi.” (Gor= Gogor, entah kenapa sahabatku yang satu itu suka memanggilku dengan sebutan Gor, ehmmmm…….). Si Kotep menulis “Gam, could U help me please.” (saya bisa bayangkan wajah memelas darinya yang sedang payah mengerjakan laporan n enggak selese-selese, kckcckckcck……….). Walaupun baru saja membuka mata, dari dunia bawah sadar yang panjang, tapi langsung saya balas sms mereka. 

Sambil mempersiapkan segala kekuatan untuk segera beranjak dari dekapan sang dewi guling dan rayuan putri bantal, saya mencoba merangkai kata-kata motivasi yang akan saya kirim ke beberapa teman (tumben banget saya baik hati, mengirim kata-kata motivasi. Cos baru dapat gratis 100 sms he3).

Beberapa menit saja sebelum jerat dan dekap sang penguasa ranjang mampu saya kalahkan, ada sebuah sms masuk dan berkata “Hey, Gam, sadar g???? sms mu tadi salah ketik, menimbulkan kontroversi, masa ada kata2 “ - - SUSU” dalam kata-kata motivasi.” 

Wawwww, rasanya sungguh memalukan dan ingin menghajar wajah sendiri (karena wajah saya sangat tampan, tidak jadi ah…..). Gayanya sudah selangit ngasih kata-kata motivasi, eh……….. ternyata salah ketik malah jadi kata-kata yang seronok. I am sorry.
Intinya, bagun tidur saat itu terasa menyenangkan, karena semakin saya rasakan “PAPI BESAR” selalu menyertai saya dimanapun,kapanpun. Perjalanan pagi hari berlanjut, ketika kami (Saya dan Si Kotep) mengambil mantel/ jas hujan ke kostan Sundari. Terdengar lagu-lagu praise n worship diputar di ruang depan kost  Sundari, tapi si Sundari lenyap. Langsung saja, saya ketuk loket penjualan di kamar Sundari (kadang kamar Sundari dipergunakan untuk jual beli tiket lokomotif menuju Surabaya <bercanda>). Tak lama muncul juga seonggok teman saya, dari kamar itu. Sundari yang lagi sok-sokan bergaya cool itu menyapa “Heh… ngapa kie????”  Ya,,,,,,,, tujuan kami untuk mengambil mantel/ jas hujan, tapi apa daya si SUN malah mengajak kita curhat tentang hasrat nya ingin membeli laptop. Ehmmmm ………………. Cukup lama pula saya dengar perdebatan sengit antara Sundari dan Kotep membahas masalah laptop. Daripada saya juga ikut hal-hal yang tidak sesuai dengan harkat dan martabat seorang pendekar, maka saya sibuk sendiri mengotak-atik computer yang ada di ruang depan (alhasil computer itu langsung hang/error, seketika).
Sepulang dari kost Sundari, segera mandi dan ganti baju, persiapan pulang kampung, karena Natal telah tiba. Persiapan yang matang dan hati tegar penuh keyakinan, membuat saya percaya diri mengendarai motor menuju Klaten. 

Di perjalanan, mendengarkan MP3 n ikut menyanyi hampir 20 buah lagu, membuat perjalanan nyaman juga. Tapi gara-gara ikut menyanyi hingga tak terkendali, rasa haus serta mual (akibat helm sudah terkontaminasi bau mulut saya yang merajalela) juga tak ter elakkan.

Setibanya di rumah, ehhhhmmmm nyaman sekali, lapar, dan ngantuk. Sudah saya curigai ada sesuatu yang kurang di garasi rumah. Tapi, tak peduli, saya lanjutkan langkah menuju meja makan. Nyam….nyam…… masakan lezat tersedia dan banyak. Tak kuasa menahan hasrat yang mendalam, segera saja saya membabat habis makanan di meja. Tumben pula hari ini Nit-nit (Nit-nit=nama panggilan rumah adek ku, yang masih kelas 6 SD) tidak protes,saya menghabiskan lauk di meja makan. Huh…. Ternyata dia sibuk bermain robot di kamar. Kenyang, saatnya melihat ikan-ikan di kolam kecil depan rumah. Ketika lewat garasi, kembali saya merasakan ada hawa atmosfer yang berbeda di sana. Rasa acuh membuat saya lewat begitu saja.
Tepat pukul  12.00, makan siang siap sedia. Barulah saya teringat akan “Si Hitam” mobil tahun 1990 yang saya punyai sejak SMP. Saya teringat ketika nit-nit berkata “Bu, mobil-mobilanku dimana?????” serentak saya bertanya pada nit-nit “lha si Hitam dimana????” Dia  menjawab pendek tanpa dosa “ Di jual” ehhhhhhhmmmmmmm???????? “tenanne?????” bertanya lagi karena tak percaya. Dan kemudian saya tersadar, hal itu benar. Waduh si hitam yang sudah saya sukai dari dulu lenyap tanpa sepengetahuan saya. Kata simbok saya, si hitam di jual karena sudah rewel dan sering masuk bengkel, mau ganti yang baru saja. 

Ya memang, si hitam sudah tua sejak 1990 walaupun tidak sekuat nyonya meneer yang berdiri sejak 1984, tapi kiprah si hitam sangat berkesan bagi saya. 

Si hitam lah yang saya tabrakkan pohon ketika latihan menyetir, menabrak grobak tukang somay. Si hitam pula yang membantu saya memindah barang-barang rumah hingga sampai ke kost an di Solo. Yang paling berkesan si hitam lah yang mengantar saya sunat pada waktu SMP. Ehhhmmmm…….. sekarang dia lenyap tanpa sepengetahuan saya. Bahkan foto pun saya tidak punya.

Saya hanya ingin berkata, terima kasih si hitam, dengan pemilik yang baru semoga kamu juga bisa mengantarkanya sunat. Saya selalu mengingatmu

Bye si hitam

0 komentar:

Posting Komentar