Selasa, 28 Desember 2010

kepribadian ganda mengatasi kehancuran

Liburan makin dekat, tapi suasana liburan sama sekali tidak terendus oleh prodi saya. Tiap hari masih menjalankan kesibukan yang super di Laboratorium, wlaupun sebenarnya responsi sudah selesai. Ya….. tidak usah dibahas lagi memang seperti itulah prodi saya. 

Tugas akhir dan juga planning skripsi dari 2 sohib saya, membuat kami semakin jarang bertemu dan menuntaskan permasalahan. Kadang kalau kami bertemu, bisa saling tukar pikiran, bergurau sampai kelewatan, saling mengejek satu sama lain, bahkan anarkisme sering terjadi. Ehmmmmmm…………. Apa lagi sekarang Sundari (sahabatku yang paling aneh) sok sibuk-sibukan. Suasana yang membuat boring n jadi g bisa curhat. Emang kami sering curhat2an terutama Sundari dan saya, sering membahas permasalahan yang dialami, karena kami banyak memiliki kemiripan sifat.



 Lewat blog ini, bisa sedikit membantu saya untuk membuang semua yang saya rasakan dan membuat tidak nyaman. Memang ini dunia maya, tapi saya sudah terlanjur masa bodoh dengan semua situs-situs jejaring sosial, toh mereka tidak mengenal saya secara utuh. Saya memang pandai berbicara dan membuat cerita-cerita imajinasi (menurut penelitian para ahli), tapi itu bukan pribadi saya yang sesungguhnya. Kalau dibilang berkepribadian ganda, ya terserah monggo-monggo saja (terserah maksudnya). Saya senang mambuat hidup saya sebagai sebuah cerita dimana saya sendiri pencipta tokoh-tokoh yang ada, tapi itu hanya akan terjadi jika dalam keadaan down. Saya rasa pencarian jati diri saya sejak SMP hingga sekarang masih berlanjut dan saya masih belum nyaman serta cocok dengan salah satu kepribadian. Dari SMP, SMA, hingga Universitas saya orang yang berubah-ubah, teman-teman masa SMP, SMA, dan sekarang mengatakan hal yang berbeda-beda bila ditanya. Ya…. Saya menyebut diri saya sebagai sang imajinator hidup. Ketika keadaan membuat saya tidak nyaman, maka saya akan membuat demensi baru dengan cerita saya sendiri dan memvisualisasikannya, so I will be different. Marah, benci, kecewa, dll akan membuat saya mencipta sebuah dimensi imajinasi bagi saya sendiri. Seperti di gamzz’s story saya “Penghianat Kabeh” luapan emosi dan misuh-misuh hanya bisa dilihat di blog saja, pada kenyataannya…………. Ehhhmmmmm rahasia……………
Sundari pernah bilang saya harus segera membuang kebiasaan seperti itu, tapi saya senang bisa menjadi orang lain yang bukan diri saya, untuk menutupi kekurangan (ya saya juga tau), untuk membuat diri sendiri nyaman, menghindari pertikaian, tapi menguras otak dan hati.
Menjelang liburan ini saya sering memunculkan banyak ide cerita (entah itu berbobot, berbibit, atau berbebet tidak) saya tidak peduli, yang penting segala kepuasan saya terpenuhi.




Ada sebuah cerita, Deny jatuh cinta pada Lusi. Tapi Deny sendiri tidak yakin 100% akan cintanya itu, dia ragu hal ini hanya sekedar mengagumi atau memang menyukai. Karena kadang tidak ada fakta dan dasar yang kuat untuk mendukung perasaannya. Pada suatu ketika, Lusi mengalami masalah yang cukup serius dan memprihatinkan. Lusi datang kepada Deny dan menceritakan segalanya yang dia alami,memang Lusi dan Deny telah kenal cukup lama. Deny sangat senang bahwa Lusi mau bercerita pada dirinya, maka Deny memberikan segala solusi mengatasi masalah tersebut. Disamping bercerita pada Deny, Lusy juga menceritakan segala permasalahannya dengan sahabat dekatnya yang bernama Ita. Ita dan Deny saling berkomunikasi dan berusaha membantu Lusi untuk segera keluar dari masalahnya itu. Ya…… Deny dan Ita merasa, solusi tersebut adalah cara yang cukup baik untuk mengurangi beban Lusi, walaupun keduanya memang tidak secara langsung merasakannya. Setelah mendengar solusi dari kedua orang yang cukup dekat dengannya (sedekat apa, hanya Lusi yang tau), dia mengangguk dan justru bercerita pada orang lain bahkan yang baru dikenalnya. Kini banyak orang yang justru tau tentang masalahnya itu, padahal hal itu sebenarnya tidak baik bila terlalu menyebar luas. Tapi Lusi sendirilah yang membuatnya. Entah apa yang ada dalam pikirannya, atau karena tak kunjung mendapat jawaban atas masalahnya, ia justru membuat masalah itu sebaga bahan untuk lebih dekat dengan beberapa pria(entah sengaja atau tidak). Lalu selama ini, mengapa ia harus bercerita pada Deny dan Ita? Nasehat mereka untuk menyelesaikan masalah selama ini dipakai atau tidak???? Didengar atau tidak?????
Deny memang yang sedikit kecewa, dia merasa tidak dianggap dan segala usahanya untuk membantu dan menunjukan perasaannya sama sekali tak dipandang. Sms dari orang lain selalu dibalas, dan??????? Di sisi lain, masalah yang terjadi pada Lusi justru semakin parah hari demi hari. Semakin hari persoalannya semakin bertambah, bahkan satu masalah belum terpecahkan muncul lagi masalah yang lain. Deny merasa kasihan dan selalu ingin membantu, tetapi dia sendiri takut akan rasa kecewanya. Lusi bahkan tak mampu memutuskan tentang apa yang harus ia lakukan. Memang menolong seseorang harus dengan hati ikhlas, tapi sanggupkah bila perasaan dikesampingkan dan membuat bibir tersenyum manis, padahal perih???? Kalau mau ngotot ya bisa…….bisa saja,syaratnya menjadi orang yang ndableg. Deny bisa atau tidak ??????????
Mungkin ada yang mau melanjutkan cerita tersebut???? Cerita ini mengajarkan betapa sulitnya memahami jika kita sendiri masih butuh dipahami dan kurang terpahami oleh orang lain. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Mungkin bagi saya, menjadi pribadi yang berbeda mampu mengatasi sedikit hal yang hancur sehingga bisa melanjutkan melakukan hal yang seharusnya dilakukan tanpa menghancurkan yang sudah hancur sebelumnya.



I'M SORRY

0 komentar:

Posting Komentar